ISTRI IDAMAN YANG SHOLEHAH

   

 
 

 
Ada 2 saat paling berbahagia bagiku di kehidupan fana ini | saat lisankan syahadat, dan saat engkau hantarkan bagiku buah hati

 Ada 1 hal yang memungkinkan agar semua kebahagian itu kumiliki | yaitu hadirmu disisi temani sisa hari

  Karena kebahagiaan takkan nyata tanpa denganmu aku berbagi | adalah kehadiranmu yang membuat kenikmatan menjadi berarti

Susah-senang sulit dibedakan bila engkau disampingku | baik-buruk adalah mudah selama engkau mau bersamaku

Ingatkah engkau bagaimana hari-hari setelah akad kita lalui? | semua pintu seakan tertutup, semua pintu seolah terkunci

Namun tak pernah sekalipun engkau mengeluh saat nafkah kuhantar selalu kurang | keluhanmu malah datang saat tahajudku jarang

 Setiap pagi engkau bungkuskan untuk siang, bingkisan makanan | bukan romantis, bukan pilihan, tapi karena keuangan tak berkenan

  Masakan pagi kau simpan untuk malam, masakan malam kau jaga sampai pagi | bukan sayang makanan, tapi tak ada pilihan lagi

Lemari penyimpanan kita miliki, hanya yang tersimpan yang tak kunjung ada | namun tak pernah kau merasa kurang berada

Ingatkah engkau waktu kita mengais ujung lemari | sekedar untuk sekeping dua keping yang tercecer agar nasi bungkus bisa kemari

 
Yang ada saat itu bukan sedu-sedan melainkan justru tawa riang | engkau berkata kelak keadaan ini akan selalu kita kenang

Dan benar, aku mengenangmu, aku mengenang masa kurang | mengenang diri dan ketabahan jiwamu yang lebih kuat dari karang

Kadang terpikir salah menikahmu, hanya buatmu rasakan sukar tak bertepi | kau tepis semua terhapus dengan ciuman di pipi

Ingatkah saat Ramadhan pertama kita bersama? | berbagi satu nasi kotak yang kudapat selesai acara semarakkan adzan yang bergema?

Saat itu kukatakan padamu bahwa keberkahan tiada mewujud dalam banyaknya makanan | engkau mengangguk dan tersenyum berkenan

Padahal kutahu pasti bahwa kita berdua mengharap makanan lebih | namun Allah berikan kecukupan hanya karena kasih

 Ingatkah engkau saat lebaran pertama berdua? | saat kewajiban bersilaturahmi beradu dengan kurangnya harta?

 Engkau relakan sekerat gelang mahar dariku jadi ganti biaya menumpang bis | sebalik menuju jakarta uang itu bertepatan habis?

Engkau bercanda berkata, "sekarang engkau jadi pedagang" | malu hati sebenar, karena mahar istri yang digadang

Engkau sampaikan "bagiku, asal engkau tetap disisi" | begitulah kisah gelang yang hilang, dan hati tetap penuh iman berisi

Ingatkah engkau saat pertama rahim milikmu mengandung | panggilan nama berubah, kini nama "ummi" kami usung

"Assalamu'alaikum ummi.. apa kabarnya.." | "wa'alaikumussalam abi.. alhamdulillah masih kangen" sapaan wajib sehabis mencari nafkah

Setiap hari yang engkau ramaikan adalah hari kemudian | bahwa kelak anak itu akan jadi pembela Islam, tentara Allah terdepan

 Tak sediktpun minimnya harta kau khawatirkan, tak juga kau takut | katamu bila masih ada hidup, Allah akan jamin hari berikut

Saat suamimu diberi harta cukup, engkau tak berubah | habiskan harta tiada sanggup, hidanganmu masih kangkung tempe dibelah

Engkau masih gadis desa yang polos, namun cerdik cendikia sikap | imanmu selalu jadi poros, anggun indah dalam cakap

Tak salah kupilih gadis sederhana nan jelita rupawan | hidup tiada berlebih, tiada berkekurangan amal lagi dermawan

 Sebagaimana istri Rasulullah mengatur rumah tangga dengan sederhana | buktikan pada dunia bahwa kekurangan bisa saja bersahaja

Takut berlebih bukan karena tak inginkan, namun takut terlenakan | sebagaimana yang tertipu setelah masuk kubur juga tak puaskan

Bila ada kehidupan yang layak ditiru semua Muslimin dengan laik | maka hendaklah rumah tangga nabi sebagai teladan terbaik

Sungguh bila menikah di jalan Allah tiada yang perlu ditakutkan | iman dan ilmu akan berjalan beriring bergandeng berpegangan

Sungguh di jalan dakwah tak selalu bahagia berkalang, terkadang ada susah menghalang  | wanita seperti inilah yang harus dipinang!
 

This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free